Konsep Pendidikan "KI HAJAR DEWANTARA"
Guru adalah seorang yang memiliki tugas professional
untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevauasi peserta didik. Mendidik menurut Jean – Jacques Rousseau dalam
closson (1999), mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa
kanak – kanak tapi dibutuhkan pada masa dewasa. Mengajar menurut Usman
(1994:3), yaitu membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan
dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan
terjadinya prosese belajar. Sedangkan melatih menurut Syarief (2008), yaitu
suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain mempersiapkan diri dengan
sebaik – baiknya dalam usahanya men capai tujuan tertentu. Dari pengertian para
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa mendidik adalah memberikan bekal kepada
anak, hal – hal yang bermanfaat bagi mereka setelah dewasa kelak. Kemudian, melatih
merupakan kegiatan mempersiapkan diri bagi seseorang untuk men capai prestos.
Dan mengajar adalah kegiatan memberikan bimbingan kepada siswa untuk belajar
lebih baik, tidak terpaku oleh penggolongan peserta didik.
Seorang guru harus memiliki kompetensi keguruan. 4
kompetensi yang harus dikuasai guru adalah pedagogic, professional, sosial dan
kepribadian. Guru harus sungguh – sungguh menguasai kompetensi tersebut agar
tujuan pendidikan bisa tercapai.
1.
Kompetensi
pedagogic
Kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik.
2.
Kompetensi
professional
Kemampuan guru dalam
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi konsep,
stuktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi dengan materi ajar yang
ada di dalam kurikulum sekolah.
3.
Kompetensi
Sosial
Kompetensi sosial bisa
dilihat dari cara guru berkomunikasi dengan lisan dan tulisan terhadap
masyarakat dan lingkungannya.
4.
Kompetensi
kepribadian
Beberapa aspek
kompetensi kepribadian antara lain adalah dewasa, arif dan bijaksana, berakhlak
mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja
sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Di Indonesia sendiri kita memiliki konsep pendidikan
yang sangat terkenal yaitu konsep pendidikan “Ki Hajar Dewantara”. Ki Hajar Dewantara bernama R.M.Soewardi Surjaningrat.
Ki Hajar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter.
Mengasah kecerdasan budi sungguh baik, karena dapat membangun budipekerti yang
baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian dan karakter. Jika itu
terjadi orang akan senantiasa dapat mengalahkan nafsu dan tabiat – tabiatnya
yang asli. Semboyan dari Ki Hajar Dewantara yang masih kita ingat sampai
sekarang yaitu,
“ING NGARSO SUNG
TULODO”
(Di depan kita
memberi contoh)
“ING MADYO
MBANGUN KARSO”
(Ditengah membangun prakarsa dan bekerjasama)
“TUT WURI
HANDAYANI”
(Dibelakang
memberi daya semangat dan dorongan)
Jadi makna yang
tersirat dari kata – kata diatas adalah figure seseorang yang baik adalah
disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah
semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang – orang
disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat. Sehingga kita dapat
menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. Namun pada pendidikan saat ini,
konsep yang dibawa Ki Hajar Dewantara
mulai hilang di pendidikan Indonesia. Konsep itu mulai hilang dan memudar
seiring perkembangan jaman, konsep tersebut dianggap konsep yang sudah lama dan
di anggap tidak cocok lagi dengan pendidikan saat ini. Namun ada Negara Finlandia
yang menggunakan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Banyak kesamaan antara
pendidikan yang diterapkan di Finlandia dengan konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara. Beberapa kesamaan konsep pendidikan Negara Finlandia dengan Konsep
Pendidikan Ki Hajar Dewantara antara lain sebagai berikut :
1.
Finlandia
menempatkan standarisasi pendidikan secara proporsional.
Ki Hajar Dewantara
“Jangan menyeragamkan hal – hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan.
Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan yang
lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi”.
2.
Finlandia
menekankan kesetaraan pada kinerja pendidikan
Ki Hajar Dewantara
“Rakyat perlu diberi hak da kesempatan yang sama untuk mendapat pendidikan
berkualitas sesuai kepentingan hidup kebudayaan dan kepentingan hidup
kemasyarakatannya”
3.
Finlandia
menganggap standarisasi kaku dan berlebihan merupakan musuh kreativitas.
Ki Hajar Dewantara
“Anak – anak tumbuh berdasarkan kodratinya yang unik, tak mungkin pendidik
‘mengubah padi menjadi jagung’ atau sebaliknya.
4.
Finlandia selalu
menekankan bahwa anak harus bermain
Ki Hajar Dewantara
“Bermain adalah tuntutan jiwa anak untuk menuju kearah kemajuan hidup jasmani
maupun rohani.
Sungguh ironis sekali
ketika Negara lain menjalankan konsep Pendidikan yang sudah di gagas oleh Ki
Hajar Dewantara, sedangkan Indonesia sendiri masih terpuruk dalam masalah
kepindidikan.
Fauziahkusuma.blogspot. com.
National Geographic.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar