Minggu, 23 Oktober 2016

PROFESI KEPENDIDIKAN "KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA"

Konsep Pendidikan "KI HAJAR DEWANTARA"
Guru adalah seorang yang memiliki tugas professional untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevauasi peserta didik. Mendidik menurut Jean – Jacques Rousseau dalam closson (1999), mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa kanak – kanak tapi dibutuhkan pada masa dewasa. Mengajar menurut Usman (1994:3), yaitu membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya prosese belajar. Sedangkan melatih menurut Syarief (2008), yaitu suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain mempersiapkan diri dengan sebaik – baiknya dalam usahanya men capai tujuan tertentu. Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa mendidik adalah memberikan bekal kepada anak, hal – hal yang bermanfaat bagi mereka setelah dewasa kelak. Kemudian, melatih merupakan kegiatan mempersiapkan diri bagi seseorang untuk men capai prestos. Dan mengajar adalah kegiatan memberikan bimbingan kepada siswa untuk belajar lebih baik, tidak terpaku oleh penggolongan peserta didik.
Seorang guru harus memiliki kompetensi keguruan. 4 kompetensi yang harus dikuasai guru adalah pedagogic, professional, sosial dan kepribadian. Guru harus sungguh – sungguh menguasai kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai.
1.      Kompetensi pedagogic
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
2.      Kompetensi professional
Kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi konsep, stuktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi dengan materi ajar yang ada di dalam kurikulum sekolah.
3.      Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial bisa dilihat dari cara guru berkomunikasi dengan lisan dan tulisan terhadap masyarakat  dan lingkungannya.
4.      Kompetensi kepribadian
Beberapa aspek kompetensi kepribadian antara lain adalah dewasa, arif dan bijaksana, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Di Indonesia sendiri kita memiliki konsep pendidikan yang sangat terkenal yaitu konsep pendidikan “Ki Hajar Dewantara”.  Ki Hajar Dewantara bernama R.M.Soewardi Surjaningrat. Ki Hajar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter. Mengasah kecerdasan budi sungguh baik, karena dapat membangun budipekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian dan karakter. Jika itu terjadi orang akan senantiasa dapat mengalahkan nafsu dan tabiat – tabiatnya yang asli. Semboyan dari Ki Hajar Dewantara yang masih kita ingat sampai sekarang yaitu,
“ING NGARSO SUNG TULODO”
(Di depan kita memberi contoh)
“ING MADYO MBANGUN KARSO”
(Ditengah membangun prakarsa dan bekerjasama)
“TUT WURI HANDAYANI”
(Dibelakang memberi daya semangat dan dorongan)

Jadi makna yang tersirat dari kata – kata diatas adalah figure seseorang yang baik adalah disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang – orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat. Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. Namun pada pendidikan saat ini, konsep  yang dibawa Ki Hajar Dewantara mulai hilang di pendidikan Indonesia. Konsep itu mulai hilang dan memudar seiring perkembangan jaman, konsep tersebut dianggap konsep yang sudah lama dan di anggap tidak cocok lagi dengan pendidikan saat ini. Namun ada Negara Finlandia yang menggunakan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Banyak kesamaan antara pendidikan yang diterapkan di Finlandia dengan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Beberapa kesamaan konsep pendidikan Negara Finlandia dengan Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara antara lain sebagai berikut :
1.      Finlandia menempatkan standarisasi pendidikan secara proporsional.
Ki Hajar Dewantara “Jangan menyeragamkan hal – hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi”.
2.      Finlandia menekankan kesetaraan pada kinerja pendidikan
Ki Hajar Dewantara “Rakyat perlu diberi hak da kesempatan yang sama untuk mendapat pendidikan berkualitas sesuai kepentingan hidup kebudayaan dan kepentingan hidup kemasyarakatannya”
3.      Finlandia menganggap standarisasi kaku dan berlebihan merupakan musuh kreativitas.
Ki Hajar Dewantara “Anak – anak tumbuh berdasarkan kodratinya yang unik, tak mungkin pendidik ‘mengubah padi menjadi jagung’ atau sebaliknya.
4.      Finlandia selalu menekankan bahwa anak harus bermain
Ki Hajar Dewantara “Bermain adalah tuntutan jiwa anak untuk menuju kearah kemajuan hidup jasmani maupun rohani.
Sungguh ironis sekali ketika Negara lain menjalankan konsep Pendidikan yang sudah di gagas oleh Ki Hajar Dewantara, sedangkan Indonesia sendiri masih terpuruk dalam masalah kepindidikan.

               Fauziahkusuma.blogspot. com.
               National Geographic.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar